there, it’s finally come to an end

jadi,

sebetulnya aku ngepost dua postingan yang berbeda dengan judul yang sama, but i was to shy to post that one on this blog, so i posted it to another one šŸ˜›

hanya tiba2 bertanya2,

why some of us should through to the wrong person – sometimes lots of – before we get to the true one?

and there’s others that can go straight to the right one?

why sometimes we should go through the broken hearts before we get the ever after?

but like someone told me before,

broken hearts surely heals,

we just need sometimes to get over it,,

maybe it’s time to learn to be ikhlas,,


5 komentar di “there, it’s finally come to an end

  1. ibarat gini deh, kita belajar naik sepeda. ada yang harus jatuh berkali-kali sebelum bisa meluncur, dan ada yg tanpa jatuh langsung bisa.

    kalo yg sering jatuh, lain kali dia akan lebih berhati-hati mengendarai sepeda dan ketika mengendarai sepeda akan lebih mantab dan mahir (karena pernah jatuh dan belajar agar tidak jatuh lagi). sedangkan yg belom pernah jatuh, ketika suatu saat dia jatuh, akan terasa sangat sakit dan bisa jadi sangat parah.

    kalo menurutku, belajar naik sepeda belom pernah jatuh, kok rasanya belum bersepeda.. šŸ™‚

    • ya berarti goblok banget. gak bakat naik sepeda. ganti aja, belajar naek mobil. gak bakal bisa jatuh. kalo jatuh lagi, yo wis.. ndak berguna dia jadi manusia..

      wahahahaha

  2. coba lagi terus sampai bisa. Kemauan lebih berpengaruh drpd bakat. Bakat hanya mempercepat dan memudahkan proses. Hanya ada 2 kemungkinan: belum atau iya:)

Tinggalkan Balasan ke yulia Batalkan balasan